Melalui lembaran buku “SPIRITUAL ASTROLOGY – The Ancient Art of Self-Empowerment” Anand Krishna memberikan wejangan tekait dengan jiwa-jiwa Agung yang akan selalu membantu mereka yang berada dalam frekuensi yang sama.
Mari sama-sama kita simak wejangan Beliau melalui lembaran buku tersebut:
Alam ini penuh dengan makhluk-makhluk halus, roh-roh yang senantiasa siap sedia untuk membantu para pemberani. Mereka tegas, penuh semangat, dan berkarya dengan kesungguhan hati. Kita tidak bisa menjelaskan cara kerja mereka. Setidaknya cara kerja mereka tidak bisa dibahas dalam buku ini. Barangkali membutuhkan buku lain. Tapi, sesungguhnya tidak perlu mengetahui cara mereka bekerja. Kita tahu cara kerja mereka atau tidak, mereka tetaplah bekerja dan membantu kita.
Mereka adalah jiwa-jiwa agung, mulia, dan jauh berada di atas kita. Mau menyebutnya malaikat, silakan. Mau menyebutnya dewa, silakan. Mereka sudah bebas dari dualitas suka/tak-suka. Mereka membantu siapa saja yang berada pada “frekuensi” yang sama, gelombang yang sama dengan mereka.
Adapun untuk berada pada gelombang itu, kita mesti bebas dari rasa dengki, iri, amarah, dan lain sebagainya. Kita mesti mampu mengendalikan hawa-nafsu dan tidak terkendali olehnya. Luapan emosi yang tidak terkendali, khususnya luapan emosi amarah, menurunkan frekuensi kita sehingga kita tidak lagi bergetar bersama mereka. Oleh sebab itu, kita mesti sangat berhati-hati dan tidak terbawa oleh emosi.
Sebuah Kisah Untuk Perenungan Spiritual
Dikisahkan Gusti melihat ke bumi. Semua makhluk tampak bekerja keras dan mengalami stress dalam pasang-surut kehidupan mereka. Hati Gusti meleleh penuh kasih melihat kehidupan di dunia. Gusti kemudian turun ke bumi.
Pertama kali yang ditemui Gusti adalah seekor anjing yang kurus-kering, berpenyakitan, matanya tinggal satu, kakinya hilang satu dan ekornya terpotong. Gusti berpikir anjing ini perlu moksha, bebas dari penderitaan. Gusti mengajak anjing tersebut moksha, meninggalkan dunia pergi ke istananya di Vaikuntha. Anjing tersebut menjawab, bahwa dia berterima kasih akan dibawa ke Vaikuntha, akan tetapi apakah Gusti tahu, bahwa dia telah berjuang bertarung melawan anjing-anjing dari wilayah jalanan berbeda. Dengan banyak luka-luka dia mengusir anjing lainnya, dan dia sudah memiliki wilayah kekuasaan di jalan tersebut. Bila dia ikut pergi ke istana Gusti, maka wilayahnya akan direbut anjing lain. Bagaimana ini bisa dibiarkannya? Gusti shock! Anjing fanatik yang cacat tidak mau diajak ke istana-Nya.
Selanjutnya, Gusti menemui babi yang berkubang dalam kotoran, dan menyampaikan tawaran agar ikut dia moksha, pergi ke istana Gusti. Sang Babi menjawab, Gusti tidak tahu kenikmatan berkubang dalam kotoran dan menawarkan kebahagiaan remeh di istana Gusti. Babi tidak akan meninggalkan kenikmatan ini.
Kecewa dengan jawaban babi, Gusti melihat gajah besar yang sedang membawa batang kayu besar naik bukit. Telinga gajah yang besar bergoyang-goyang, padahal salah satu kakinya diikat rantai dan pawang gajah memegang tombak runcing di punggungnya. Penderitaan sang gajah membuat iba siapa pun yang melihatnya. Gusti mengajak Gajah untuk melepaskan diri dari penderitaan, moksha, pergi ke istana-Nya. Sang gajah menjawab, bahwa dia itu sedang menunggu kesempatan untuk membalas dendam kepada sang pawang yang telah berlaku kejam terhadap dia. Bagaimana sang gajah bisa pergi meninggalkan kesempatan untuk membalas dendam? Sang gajah menolak diajak moksha.
Gusti semakin kecewa, pergi mendekati rusa yang sedang makan rumput, tetapi sang ruda malah lari menjauhinya. Gusti mencoba mendekati singa, tapi singa tidak mau mendengar bahkan maunya hanya ingin menerkam………
Kita pernah mengalami evolusi sebagai banyak hewan sebelum jadi manusia. Sifat-sifat hewani tersebut masih tersisa dalam diri kita. Hanya dengan good karma, bertindak baik tanpa pamrih terhadap kehidupan dan berkah Gusti kita bisa sadar di dunia ini hanya sekadar permainan. Gusti di depan layar monitor menghidupkan dan menggerakkan kita semua. Dibuatlah maya, ilusi seakan kita yang berkehendak, akan tetapi kehendak yang diakibatkan oleh persepsi (ego) kita terhadap dunia akan terkena peraturan permainan komputer Gusti, hukum karma……. Akibat selalu menggunakan persepsi kita bolak-balik lahir ke dunia. Seharusnya kita melihat dengan jernih apa yang ada di belakang itu semua……..
Meditasi membuat mind kita jernih dan bertransformasi menjadi buddhi, inteligensia dan kita bisa mendengar intuisi nurani dan Kehendak Gusti…… leluhur kita menyebut Budi Pekerti.